Di lautan kata
yang tak bertepi,
Di pusaran opini yang tak henti.
Dimana kebenaran terbungkam dusta,
Dimana logika tersesat dalam bualan semata.
Di pusaran opini yang tak henti.
Dimana kebenaran terbungkam dusta,
Dimana logika tersesat dalam bualan semata.
Mulut-mulut bagaikan ombak yang ganas,Menghantam jiwa dengan kata-kata yang pedas.Terkadang manis bagaikan madu,Menipu hati dengan janji yang tak tertebus.
Di manakah aku
kini?
Di tengah kebisingan yang tak pasti.
Mencari secercah cahaya di antara kegelapan,
Mencari kedamaian di tengah hiruk pikuk zaman.
Di tengah kebisingan yang tak pasti.
Mencari secercah cahaya di antara kegelapan,
Mencari kedamaian di tengah hiruk pikuk zaman.
Tak mampu ku melarikan diri dari hiruk pikuk ini,Mencari tempat yang damai dan sunyi.Di mana aku bisa mendengar suara hatiku sendiri,Dan menemukan jati diri.
Aku tahu kita
tidak selamanya bisa lari.
Kita harus berani menghadapi dunia ini,
Dengan pikiran yang jernih dan keteguhan hati.
Melawan arus dusta dan fitnah tanpa henti.
Kita harus berani menghadapi dunia ini,
Dengan pikiran yang jernih dan keteguhan hati.
Melawan arus dusta dan fitnah tanpa henti.
Jadilah mercusuar di tengah lautan kata,Menyinari jalan bagi mereka yang tersesat.Jadiah suara kebenaran di tengah kebisingan,Membawa kedamaian di tengah pertempuran.
Dimanakah mestinya
kita kini?
Kita ada di sini, di dalam diri kita sendiri.
Kita adalah pencipta kata-kata kita sendiri,
Kita adalah penguasa pikiran kita sendiri.
Kita ada di sini, di dalam diri kita sendiri.
Kita adalah pencipta kata-kata kita sendiri,
Kita adalah penguasa pikiran kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar