Kulalui malamku dalam
sunyi,
Meski riuh rindu ini tak terperi.
Aku termenung dalam diam,
Menatap bayang malam semakin kelam.
Bintang berkelip di atas nirwana,
laksana tetesan air mata,
Angin malam berbisik di telinga,
Membawa cerita tentang cinta yang terluka.
Hatiku terasa hampa dan perih,
Menyimpan bayangmu dalam sedih.
Betapa pedih menahan semua cinta dan kasih?
Demi damai hati yang berdalih.
Masih, di dalam sunyi ini,
Kutemukan setitik kedamaian.
Saatku belajar menerima kenyataan,
Untuk melangkah maju demi harapan baru.
Disunyi ini, ku biarkan air mataku mengalir,
Agarlah semua luka di hati menyingkir.
Esok, ku kan bangun dengan harapan baru,
Sebuah harapan tuk sekedar menatapmu.
Aku tahu bahwa esok kan datang fajar mengganti malam.
Dan bersama dengan hangatnya mentari pagi,
Ku kan temukan kebahagiaan kembali.
Meski riuh rindu ini tak terperi.
Aku termenung dalam diam,
Menatap bayang malam semakin kelam.
Bintang berkelip di atas nirwana,
laksana tetesan air mata,
Angin malam berbisik di telinga,
Membawa cerita tentang cinta yang terluka.
Hatiku terasa hampa dan perih,
Menyimpan bayangmu dalam sedih.
Betapa pedih menahan semua cinta dan kasih?
Demi damai hati yang berdalih.
Masih, di dalam sunyi ini,
Kutemukan setitik kedamaian.
Saatku belajar menerima kenyataan,
Untuk melangkah maju demi harapan baru.
Disunyi ini, ku biarkan air mataku mengalir,
Agarlah semua luka di hati menyingkir.
Esok, ku kan bangun dengan harapan baru,
Sebuah harapan tuk sekedar menatapmu.
Aku tahu bahwa esok kan datang fajar mengganti malam.
Dan bersama dengan hangatnya mentari pagi,
Ku kan temukan kebahagiaan kembali.
Sungguhpun malam ini terasa sunyi dan kelam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar