Di relung jiwa, terukir asa,
Harapan yang menari, bagai mentari di ufuk rasa.
Realita menyapa, bagai bayangan di cermin,
Menyibak tabir mimpi, tunjukkan jalan yang terjal dan dingin.
Manusia, sang pencipta mimpi,Tergoda genggaman harapan, erat dan tak terperi.Namun, kecewa datang bagai tamu tak diundang,Menorehkan luka di hati, perih dan tak terbayangkan.
Kekecewaan, hadir tanpa aba-aba,
Menyapa jiwa yang rapuh, bagai badai di lautan tanpa tepian.
Tak bisa ditolak, tak bisa dielakkan,
Hanya hati yang lapang yang mampu menerimanya dengan keikhlasan.
Janji, bagai bisikan di angin,Kadang membawa harapan, kadang membawa duka pilu nan kelam.Jika hati terlarut dalam emosi,Ucap janji hanya melukai, bagai duri yang menancap di sanubari.
Harapan dan kenyataan, bagai dua sisi mata uang,
Tak terpisahkan, selalu berdampingan dalam perjalanan.
Belajarlah menerima keduanya dengan lapang dada,
Agar mimpi tak sirna, dan hati tak tersesat dalam nestapa.
Ingatlah, di balik setiap kekecewaan,Tersimpan hikmah yang menanti untuk digali.Bangkitlah dari keterpurukan, raih kembali harapan,Dengan langkah yang teguh dan hati yang penuh keteguhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar